REALITAS SEJARAH BUDAYA ACEH DALAM PENGUATAN PERADABAN MELAYU
Abstract
Budaya Aceh memegang peranan strategis dalam pengembangan budaya Melayu, karena dalam sejarahnya dari Aceh rupanya Islam tersebar ke wilayah-wilayah lain di Nusantara. Begitu juga mazhab, aliran pemikiran dan tarekat serta bahasa Melayu sendiri memiliki andil dan akarnya dari Aceh. Bahasa Melayu misalnya, eksis sebagai bahasa tulis-menulis atau ilmu pengetahuan berfungsi secara menakjubkan. Para ulama sejak abad ke-15 M dan sesudahnya mayoritas menggunakan bahasa Melayu. Mereka seperti Hamzah al-Fansuri, Syamsuddin al-Sumatrani, Nuruddin al-Raniri dan Abdurrauf al-Singkili. Mereka adalah para penulis produktif di Aceh, telah menyejarah dengan karya-karya monumentalnya, yang dapat dibaca sampai hari ini tersimpan sejumlah perpustakaan-mesium di Nusantara
References
Ali Hasjmy, Kebudayaan Aceh Dalam Sejarah, (Jakarta: Beuna, 1983).
Azman Ismail et al, Bustan al-Salatin, fiy zikri al-Awwalin wa al-Akhirin, Laboran hasil penelitian, (Banda Aceh, Pusat Penelitian IAIN Ar-Raniry, 2000)
Azyumardi Azra, Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII, (Bandung: Mizan, 1998)
Koentjaraningrat, Manusia dan Kebudayaan di Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1971).
Sujarwa, Manusia dan Fenomena Budaya, Menuju Perspektif Moralitas Agama, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005)
Sutan Takdir Alisyahbana, Pujangga Baru, (Jakarta: Pustaka Rakyat, 1934)
Syamsuddin al-Sumatrani, Ruba’I Hamzah Fansuri: Karya Sastra Sufi Abad XVII, alih bahasa A. Hasjmy, (Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, 1976)
Takeshi, Ito. The World of The Adat Aceh: A Historical Study of The Sultanate of Aceh, Thesis Submitted for the degree of Doktoral of Philosophy, (Australia: Australian National University, Januari 1984)
Zainuddin, M. Tarich Atjeh dan Nusantara, (Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961)