KONSEP SYŪRĀ MENURUT YŪSUF AL-QARAḍĀWĪ DAN RELEVAN SINYA DENGAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA DI INDONESIA

  • Husni A. Jalil Fakultas Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry
  • Hikmawati Meuraxa Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
  • Hasanuddin Yusuf Adan Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
Keywords: Konsep Syūrā, Relevansi, Sistem Demokrasi, dan Pancasila

Abstract

Syūrā merupakan bagian dari prinsip dalam sistem masyarakat dan pemerintahan Islam. Salah satu ulama yang concern membicarakan sistem syūrā adalah Yūsuf Al-Qaraḍāwī. Pemikiran Yūsuf Al-Qaraḍāwī menyangkut konsep syūrā tampak dekat dan relevan dengan konsep demokrasi pancasila di Indonesia. Oleh karena itu, rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana pandangan Al-Qaraḍāwī tentang syūrā, dan bagaimana relevansinya dengan sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan studi pustaka. Pendekatan penelitian ini adalah kualitatif, dengan jenis deskriptif-analisis. Hasil penelitian bahwa syūrā dalam pandangan Yūsuf Al-Qaraḍāwī merupakan sebuah sistem dan asas negara Islam (Dawlah al-Islamiyyah). Syūrā mempunyai batasan yang harus ditegakkan, baik di bidang akidah, akhlak termasuk juga syariah. Hukum melaksanakan syūrā wajib berdasarkan perintah QS. Ali Imran [3] ayat 159 dan QS. al-Syūrā [42] ayat 38. Pemikiran Yūsuf Al-Qaraḍāwī tentang syūrā ada empat poin. Pertama, wajib menagakkan syūrā. Kedua, syūrā dalam Alquran hanya secara global, tidak secara parsial terperinci. Ketiga, pemerintah bebas membentuk sistem, atau pola syūrā sesuai dengan kebutuhan. Keempat, mekanisme memutuskan masalah melalui syūrā mengikuti keputusan mayoritas. Pendapat Yūsuf Al-Qaraḍāwī terkait syūrā cukup relevan dengan sistem demokrasi pancasila di Indonesia. Relevansi dan kedekatan kedua sistem syūrā dan sistem demokrasi pancasila bisa dipahami dari lima poin. Pertama, demokrasi pancasila dan syūrā mengenal asas kebertuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan dan keadilan. Kedua, adanya keharusan menjalankan musyawarah. Ketiga, pemilihan pemimpin dilaksanakan dengan tata cara pemilihan, keputusan paling banyak (suara mayoritas). Keempat, negara harus ada lembaga sebagai wakil rakyat. Dalam sistem syūrā dikemukakan Yūsuf Al-Qaraḍāwī, lembaga tersebut berbentuk Majelis Syūrā yang di dalamnya ada ahl al-syūrā atau ahl ḥalli wa al-‘aqḍi. Dalam sistem demokrasi pancasila mengharuskan adanya lembaga DPR dan MPR. Kelima, adanya kewenangan dari lembaga wakil rakyat untuk memakzulkan pemimpin apabila terbukti melakukan kesalahan dan penyimpangan.

References

Abdul Manan, Perbandingan Politik Hukum Islam dan Barat, Cet. 2, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018.
Artani Hasbi, Musyawarah & Demokrasi: Analisis Konseptual Aplikatif dalam Lintasan Sejarah Pemikiran Politik Islam, Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Aziz Setyagama, Hakikat dan Makna Pilkada Langsung di Indonesia, Surabaya: Jada Media Publishing, 2017.
Dadang Supardan, “Sejarah dan Prospek Demokrasi”. Jurnal Sosio Didaktika: Social Science Education Journal. Vol. 2, No. 2, 2015.
Damri dan Fauzi Eka Putra, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2020.
Dwi Sulisworo, Tri Wahyuningsih, dan Dikdik Baehaqi Arif, Demokrasi: Bahan Ajar, Yogyakarta: Universitas Ahmad Dahlan, 2012.
Fokky Fuad Wasitaatmadja, Heri Herdiawanto dan Jumanta Hamdayama, Spiritualisme Pencasila, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018.
Heri Herdiawanto, Fokky Fuad Wasitaatmadja dan Jumanta Hamdayama, Spiritualisme Pencasila, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018.
Imam al-Bukhari, Shahih al-Bukhari, Riyadh: Bait al-Afkar al-Dauliyyah Linnasyr, 1998.
Imam al-Thabari, Tafsir al-Thabari, (t. terj), Jilid 6, (Jakarta: Pustaka Azzam, t.t).
Jonaedi Efendi, Ismu Gunadi Widodo & Fifit Fitri Lutfianingsih, Kamus Istilah Hukum Populer, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2016.
Lukman Santoso, “Eksistensi Prinsip Syūrā Dalam Konstitusional Islam”, Jurnal Agama dan Hak Azazi Manusia, Vol. 3, No. 1, 2013.
M. Laica Marzuki, “Pemakzulan Presiden/Wakil Presiden Menurut Undang-Undang Dasar 1945”. Jurnal Konstitusi, Vol. 7, No. 1, Februari 2010.
Masykuri Abdillah, Islam dan Demokrasi, Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2015.
Muhammad al-Dusuqi, Muhammad Yusuf Musa: al-Fqih, al-Failasuf, wa al-Mushlih al-Mujaddid, Kairo: Jami’ah al-Qahirah, 2004.
Nurhayati dan Ali Imron Sinaga, Fiqh dan Usul Fiqh, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2018.
P.N.H. Simanjuntak, Pendidikan Kewarganegaraan, Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia, 2006.
S.Pamudji, Demokrasi Pancasila dan Ketahanan Nasional, Jakarta: Bina Aksara, 1985.
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Cet. 14, Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Suparman, Pancasila, Jakarta: Balai Pustaka, 2012.
Taufīq Muḥammad al-Syawi, Fiqh al-Syūrā wa Istisyarah, Terjemahan: Djamaludin, Jakarta: Gema Insani Press, 2013.
Yūsuf al-Qaraḍāwī, al-Siyāsah al-Syar’iyyah, Terj: Fuad Syaifudin Nur, Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2019.
Yūsuf Al-Qaraḍāwī, al-Tsaqafah al-Arabiyyah al-Islamiyyah Baina al-Ashalah wa al-Mu’ashirah, (Kairo: Maktabah Wahbah, 2009).
Yūsuf Al-Qaraḍāwī, Fiqh Daulah Menurut Perspektif Islam, (Terj: Juanda bin Haji Jaya), (Selangor Darul Ehsan: Syabab Book Link, 2015).
Yūsuf Al-Qaraḍāwī, Min Fiqh al-Dawlah fi al-Islam, (Terj: Kathur Suhardi), Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2018).
Yūsuf al-Qaraḍāwī, Min Fiqh al-Dawlah fī al-Islam, (Terj: Kathur Suhardi), Edisi Baru, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2018).
Yūsuf Al-Qaraḍāwī, Prioritas Gerakan Islam: Antisipasi Masa Depan Gerakan Islam, (Terj: A. Najiyulloh), (Jakarta: Al-Ishlahy Press, 1993).
Yusuf al-Qaradhawi, Ringkasan Fikih Jihad, (Terj: Masturi Irham, dkk), Cet 1 (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2011).
Published
2022-10-28