Pernikahan Beda Agama Menurut Ibnu ‘Ajibah: Analisis Tafsir Al- Bahr al-Madid Fi Tafsir al-Quran al-Majid

  • Hasvi Harizi Pascasarjana Universitas Negeri Ar-Raniry, Banda Aceh
Keywords: Pernikahan, Beda Agama, Ibnu 'Ajibah

Abstract

This article is motivated by the observation that a shared faith does not guarantee a harmonious marriage. Couples of the same faith are not always harmonious, and sometimes interfaith couples are more harmonious. However, this does not mean that interfaith marriage is better or legally permissible. The discussion about interfaith marriage remains a debate, particularly concerning the term "musyrikat." The term "musyrikah" is often restricted to women of the People of the Book, while "musyrikin" is not restricted. This paper uses the framework of Tafsir Al-Bahr al-Madid by Ibn 'Ajibah to analyze his views on interfaith marriage. This study is qualitative, utilizing library research methods. The findings indicate that in interpreting Surah al-Baqarah verse 221, Ibn 'Ajibah divides his interpretation into two aspects: zahir (literal) and bathin (esoteric). From the zahir aspect, musyrikat women are non-Muslim women who are not from the People of the Book, thus marriage between a Muslim man and a musyrikat woman is prohibited, and vice versa. From the esoteric aspect, Ibn 'Ajibah interprets musyrikat as desires containing minor shirk (syirkul asghar). This shirk refers to acknowledging a power other than Allah or excessive admiration and obedience to Allah's creations. The term musyrikat is also understood as a Muslim woman who has not yet achieved perfect faith. Ibn 'Ajibah prohibits forming close relationships and love while someone still harbors minor shirk. However, if the man's faith is perfect, he is allowed to marry a woman with minor shirk.

Abstract: Kajian ini dilatarbelakangi oleh kenyataan bahwa satu keyakinan tidak menjamin keharmonisan perkawinan. Pasangan seiman tidak selalu harmonis, dan kadang pasangan beda agama lebih harmonis. Namun, ini bukan berarti pernikahan beda keyakinan lebih baik atau dibolehkan secara hukum. Pembahasan tentang nikah beda agama masih menjadi perdebatan, terutama dari lafadz musyrikat. Kata musyrikah sering dibatasi pada perempuan ahli kitab, sementara kata musyrikin tidak dibatasi. Tulisan ini menggunakan Tafsir Al-Bahr al-Madid karya Ibnu ‘Ajibah untuk menganalisis pandangannya tentang pernikahan beda agama. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode library research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam menafsirkan surah al-Baqarah ayat 221, Ibn 'Ajibah membaginya menjadi dua aspek: zahir (Nadhari) dan bathin (Ishari). Dari aspek zahir, wanita musyrikat adalah wanita non-Islam dan bukan ahli kitab, sehingga pernikahan antara pria muslim dan wanita musyrikat haram, begitu juga sebaliknya. Dari aspek isyari, Ibnu ‘Ajibah mengartikan musyrikat sebagai hawa nafsu yang mengandung syirkul asghar (syirik kecil). Syirik ini adalah pengakuan adanya kekuasaan selain Allah atau ketaatan kepada makhluk Allah yang berlebihan. Lafadz musyrikat juga dipahami sebagai wanita muslim yang belum beriman sempurna. Ibnu ‘Ajibah melarang akad suhbah dan percintaan selama seseorang masih mengandung syirik khafi. Namun, jika iman lelaki sudah sempurna, dibolehkan menikah dengan wanita yang masih syirik khafi.

References

Abdul jalil, 2018, pernikahan beda agama dalam perspektif hukum Islam dan hukum positif Indonesia, Andragogi : Jurnal Diklat Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Vol. 6, No. 2.

Ahsin W. Al-Hafidz, 2018, Kamus Ilmu Al-Quran , Jakarta: Amzah.

Faisal Haitoni, 2018, Komparasi Penafsiran Ayat-Ayat Pernikahan Beda Agama, Jurnal Tajdid, vol.17, No. 2.

Hasiah, 2017, Syirik Dalam Perpektif Al-Quran, Jurnal : Yurisprudentia, Vol. 3, No.1.

Hasiah, Sawaluddin Siregar, 2023 Perkawinan Beda Agama Dalam Penafsiran Muhammad Rasyid Ridha Dan Hamka, At-Tarbiyah: Jurnal Ilmu Pendidikan Islam, Vol 1, No.2.

Hermansyah, 2022, Manhaj Tafsir Ishari Ibnu Ajibah Dalam Kitab Tafsirnya Al-Al-Bahr al-Madid, El-Hikmah: Jurnal Ilmu Dakwah Dan Komunikasi, No. 07, Vol.16.

Ibn ‘Ajibah Al-Hasani, 2017, Tafsir Bahru Al-Madid, Beirut: Darul Kutub Islamiyah.

Ibnu ‘Ajibah Al-Hasani, 2017, Iqadhul Himam Fi Syarhil Hikam, Beirut: Darul Kutub Islamiyah.

Ibnu Manzhur, 2017, Kamus Lisanul Arab, Beirut : Darul Jail.

M. Ulil Abshor, 2020 Tafsir Sufistik : Dzikir Sebagai Kesalehan Sosial, Jurnal Ilmu Ushuluddin, Vol.19, No.1.

M. Kholid Afandi, 2017, Nailul Huda, Dari Teori Ushul Menuju Fiqh, (Kediri, Santri Salaf Press.

Muhammad Muslihin, 2023, Rekontruksi Jihad Dalam Tafsir Ibn ‘Ajibah Studi Atas Tafsir Al-Bahr Al-Madid Fi Tafsir Al-Quran Al-Majid, Tanzil: Jurnal Studi Al-Quran, No. 2, Vol. 5.

Nana Mahrani, 2017, Tafsir isyari, jurnal hikmah, Vol. 14, No. 1.

Samsul Bahri, 2023, Metodologi Peneletian Al-Quran Dan Tafsir, (Banda Aceh: Bandar Publising.

Lilik Marpu’ah, 2022, Penafsiran Naum Perpektif Ibnu ‘Ujaibah Dalam Tafsir Al-Al-Bahr al-Madid Fi Tafsiri Quranil Majid, (Fakultas Ushuluddin Dan Filsafat, Uin Sunan Ampel)

Wahyu Wibisana, 2016, Pernikahan Dalam Islam, Jurnal Pendidikan Agama Islam-Ta’lim, Vol. 14 No. 2.

Zainal Arifin, 2018, Perkawinan Beda Agama,Jurnal Lentera Kajiankeagamaan, Keilmuan Dan Teknologi, 17 (1), 31.

Published
2024-05-14
How to Cite
Harizi, H. (2024). Pernikahan Beda Agama Menurut Ibnu ‘Ajibah: Analisis Tafsir Al- Bahr al-Madid Fi Tafsir al-Quran al-Majid. URANICUM: urnal lmu l-Qur’an an afsir, 1(1), 58-69. https://doi.org/10.22373/quranicum.v1i1.4665
Section
Articles